Quantcast
Channel: Surau Inyiak » yogyakarta
Viewing all articles
Browse latest Browse all 17

Gembos Membawa Nikmat

$
0
0

“Jika kau temukan kendala, jangan buru-buru merutuki keadaan. Yakinlah, itu cara Tuhan memperlihatkan keindahan dengan cara yang berbeda. Syukuri saja..”

Turun dari Embung Nglanggeran, hari sudah gelap. Beberapa pengunjung masih lagi bertahan di sana. Mereka sekedar duduk-duduk di warung-warung yang berjejeran di jalan turun dari embung. Makanan penyangga perut semacam mi instan ataupun gorengan, terlihat menggoda. Ada sedikit niat untuk mampir sejenak, tapi buru-buru kutepis, karena teringat rencana kami hendak nongkrong di Bukit Bintang menjelang pulang nanti.

Udara cukup dingin ketika kami mulai menelusuri jalan turun. Gerimis yang turun, semakin menambah rasa dingin itu. Jalanan yang kami lalui cukup mulus. Sepertinya pemerintah menaruh perhatian cukup besar terhadap obyek wisata tersebut, sehingga akses jalan dibuat cukup baik dan mulus. Entah karena jalanan yang mulus atau suasana yang gelap, kami sedikit kurang awas.

Tiba-tiba motor yang dikendarai Afif terkena lubang yang membuatnya terhenyak cukup keras. Dan tidak lama setelah itu, ban motornya mengalami kebocoran. Daerah asing dan gelap seperti itu, membuat kami sedikit kebingungan. Tidak tahu di mana ada tukang tambal ban. Maka, kami pun bersama-sama berjalan sambil menuntun sepeda motor.

Di sebuah pertigaan yang sedikit terang, kami bertemu sesosok pemuda tengah duduk santai.

“Mas, tukang tambal ban masih jauh dari sini?”

“Masih, Pak.. Tapi, kalau Bapak mau, saya bisa bantu telponkan, siapa tau dia bersedia datang kemari”

“Wah.. boleh juga tuh. Monggo pakai hape saya saja”

Sejenak kulihat pemuda tersebut terlibat dalam obrolan dengan seseorang di seberang sana melalui perangkat komunikasi yang kuberikan.

“Bisa, Pak. Sebentar lagi orangnya datang kemari. Bapak tunggu saja di sini”

“Dia nambal di sini?”

“Iya, dia bisa nambal di sini. Dia bawa alat-alatnya”

“Alhamdulillah…”, kutarik napas lega, bersyukur bahwa ada bantuan datang di saat kami benar-benar membutuhkannya. Sungguh, sebuah kesyukuran yang tiada tara rasanya.

Sambil menunggu tukang tambal ban datang, kami pun duduk-duduk dekat pemuda tadi.

“Mas ngapain di sini?”

“Saya tukang parkir, Pak”

“Markir apa di tempat sepi seperti ini?”

“Restoran itu, Pak”, jawabnya sambil menunjuk ke seberang jalan.

Akupun mengarahkan pandangan ke tempat yang ditunjuk. Terlihat sebuah plang restoran yang tidak terlalu mencolok. Lampu yang menerangi plang itu tidak terlalu terang, sehingga bila tidak diperhatikan benar, kita tidak akan tahu kalau itu sebuah restoran.

“Eh, ada restoran tho di sana. Kayaknya boleh juga nih buat nunggu”

“Monggo, Pak. Dilihat dulu”

Akupun segera berjalan ke arah yang ditunjuk. Awalnya terlihat temaram saja gang menuju ke dalam. Tapi, begitu sampai di dalam, terlihat halaman yang cukup luas untuk parkir kendaraan dan sebuah restoran yang tertata apik. Restoran tersebut terletak di bibir tebing, menyajikan pemandangan lepas ke seluruh kota Jogja dari ketinggian. Lampu-lampu yang menerangi rumah-rumah penduduk, terlihat bagaikan bintang bertaburan dari restoran tersebut.

Ahai… sepertinya ini tempat yang tepat buat kami beristirahat, sambil makan dan menikmati suasana indah malam itu. Dan jadilah akhirnya malam itu kami habiskan di restoran tersebut.

embung-09embung-22 embung-20 embung-21

Kalaulah bukan karena ban yang gembos, tentu kami tidak akan mengetahui resto dengan pemandangan indah tersebut, bukan?

Etapi.. begitu sampai di rumah, aku baru sadar. Ternyata aku tidak tahu apa nama restoran tersebut… :D


Viewing all articles
Browse latest Browse all 17